Loading...

"LANGKAH MISI DI IBU KOTA: JEJAK REDEMPTORIS DI JAKARTA"

  • 04 Jul 2025
  • Berita

Jakarta, kota besar dengan denyut kehidupan yang cepat, bukan tempat pertama yang terlintas ketika berbicara tentang Redemptoris—kongregasi misionaris yang dikenal karena pelayanan mereka di tempat-tempat terpencil dan pelosok. Namun, pada tahun 1994, sebuah pertanyaan sederhana membuka pintu sejarah baru:

“Mengapa para Redemptoris tidak berkarya di Jakarta?”

Pertanyaan itu datang dari Marcel Beding, Wakil Ketua Dewan Paroki St. Bonaventura, Keuskupan Agung Jakarta. Ia melihat banyak peluang pelayanan yang sesuai dengan semangat Santo Alfonsus: membela mereka yang tersisih, menyapa yang terlupakan, dan membangun komunitas dalam terang Injil. Ia menghubungi pimpinan Redemptoris di Weetebula, Sumba—P. Wilhem Wagener, CSsR—dan menyampaikan keprihatinannya.

Permintaan itu tidak berlalu begitu saja. Melalui dialog dengan Mgr. Leo Soekoto, SJ, Uskup Agung Jakarta saat itu, dan hasil kunjungan langsung ke Jakarta, akhirnya diputuskan untuk mengirim seorang imam Redemptoris guna memulai karya perintisan. Maka pada 1995, P. Dr. Hendrik Berybe, CSsR diutus. Ia mengajar di STF Driyarkara dan melayani komunitas-komunitas kategorial.

Seiring waktu, jumlah Redemptoris di Jakarta bertambah. Mereka berkarya di paroki, pendidikan, dan pelayanan sosial. Meski sempat berduka karena wafatnya P. Hendrik secara mendadak pada 14 November 1998, tongkat misi diteruskan oleh P. Andreas Suhana, CSsR, dan rekan-rekannya.

Langkah penting terjadi pada tahun 2000, ketika rumah komunitas resmi Redemptoris berdiri di Jatibening, Bekasi. Kehadiran mereka bukan sekadar pengganti tenaga imam, tetapi menghidupkan semangat misi khas Redemptoris: mewartakan kabar gembira kepada yang paling terlupakan, menghadirkan sakramen tobat dan devosi Maria Bunda Penolong Abadi, dan menjadi sahabat bagi yang terluka.

 

Hallo, ada yang bisa dibantu?