API MUDA DI BAWAH IKON MARIA
Penutupan Bulan Rosario Paroki St. Aloysius Gonzaga, Cijantung – OMK Bawa Semangat Iman dan Kebersamaan
Petang kemarin, langit Cijantung kelihatan agak murung. Angin lembab itu berhembus kencang , membawa tanda-tanda hujan yang sebentar lagi turun. Namun, di pelataran Gereja St. Aloysius Gonzaga, suasana justru ramai dan penuh warna. Papan nama wilayah dan vandel orang kudus dari tiga belas wilayah berdiri gagah — semuanya siap menyambut malam penutupan Bulan Rosario.
Rencananya, perarakan akan dimulai dari halaman Sekolah Slamet Riyadi. Tapi cuaca berkata lain. Hujan turun lebih cepat dari perkiraan. Tak kehilangan akal, panitia langsung beralih ke rencana B: perarakan dimulai dari depan gereja.

Jam baru menunjukkan pukul lima sore ketika gerimis berubah jadi hujan deras. Orang-orang berlarian mencari tempat berteduh. Tapi menariknya, semangat mereka tidak ikut surut. Di tengah guyuran hujan, OMK dan umat tetap berdatangan — ada yang memegangi ikon Maria agar tidak basah, ada yang menyiapkan salib besar yang akan diarak dalam prosesi.
Ya..kemarin 31 Oktober 2025, menandai penutupan Ziarah Ikon Maria Bunda Selalu Menolong — perjalanan penuh makna yang telah berlangsung selama sebulan di 13 wilayah Paroki Aloysius Gonzaga. Dari rumah ke rumah, dari lingkungan ke lingkungan, OMK memimpin doa Rosario, menyalakan lilin, dan menyalakan juga semangat umat. Di mana pun ikon Maria singgah, selalu ada doa, lagu, dan tawa yang menghangatkan hati.
Menjelang magrib, hujan mulai reda. Langit berubah temaram, lilin-lilin mulai dinyalakan. Wajah-wajah muda tampak bercahaya dalam pantulan api kecil yang mereka genggam. Ada yang masih dengan rambut lembap dan jaket basah, tapi tak ada yang mengeluh. Semua siap — dan yang penting: mereka siap berarak.
Setelah doa Angelus, Prosesi pun dimulai. Salib besar di depan, dibawa oleh empat pemuda. Di belakangnya, ikon utama Maria ditandu dengan khidmat, diikuti oleh ikon dan vandel dari tiap wilayah. Lagu “Salam Maria” menggema lembut, berpadu dengan langkah-langkah kaki yang masih basah. Suasana sederhana, tapi penuh makna.
Umat berjalan masuk ke dalam gereja — para muda, orangtua, anak-anak — semuanya bersama. Hangat dan akrab sekali rasanya, seperti satu keluarga besar yang berziarah bersama Bunda.
Dalam homilinya, Romo Moderator OMK berbicara penuh semangat:
“Maria adalah orang muda yang peduli dan bergerak. Ia bukan hanya ibu yang merenung dalam diam, tetapi seorang muda yang hadir bagi sesamanya.”
Romo menegaskan bahwa Ziarah Ikon Misioner yang dilakukan OMK menjadi tanda bahwa iman harus bergerak — berjalan, menyapa, dan menghidupkan.
“Ikon Maria bukan sekadar gambar indah,” lanjut Romo, “tapi simbol bahwa Allah hadir di tengah umat yang saling menolong dan memperhatikan. Kalian, anak muda, adalah wajah Maria masa kini.”
Maria, kata Romo, hidup dalam diri setiap OMK:
saat mereka peduli pada teman yang sedang jatuh,
saat mereka tetap datang ke gereja meski sibuk kuliah atau kerja,
saat mereka berdoa Rosario di tengah lelah,
saat mereka memilih hadir bagi sesama, bukan hanya untuk diri sendiri.
“Maria tidak pernah berhenti peduli,” tegas Romo, “dan OMK pun dipanggil untuk tidak berhenti peduli. Dalam dunia yang sering acuh, biarlah orang muda Katolik menjadi tanda kasih yang hidup.”
Perayaan malam itu sederhana tapi penuh sukacita. Lilin-lilin kecil di tangan OMK menjadi lambang api iman yang menyala — bukan hanya di pelataran gereja, tapi juga di hati setiap orang yang hadir.
Usai misa, suasana hangat berlanjut di halaman gereja. Umat berkumpul, berbagi cerita, dan tentu saja — berbagi makanan. Ada pizza, camilan, dan air. Gelak tawa terdengar di mana-mana. Di antara aroma makanan dan obrolan ringan, terasa jelas satu hal: kebersamaan adalah rahmat.
“OMK adalah solusi,” begitu bunyi tagline kebanggaan mereka. Bukan sekadar slogan, tapi tekad untuk menjadi terang, menjadi garam, dan menjadi pembawa rahmat — seperti Bunda Maria yang penuh kasih.
Malam itu, di bawah langit yang baru saja berhenti menangis, seorang anak muda tampak menatap ikon Maria sambil berbisik pelan:
“Jangan berhenti peduli. Jadilah nyala yang tidak pernah padam.”
Dan di sanalah, di bawah payung kasih Maria, api muda Cijantung terus menyala — membawa harapan, iman, dan cinta yang menular ke seluruh penjuru paroki.
Bunda Maria, doakanlah kami.
